RASIO.CO, Aceh – Harapan besar tengah tumbuh di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah. Seorang pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), Bapak Taslim, bersiap menembus pasar ekspor setelah menerima permintaan kopi specialty sebanyak 15 ton per tahun dari Jepang.
Kabar membanggakan ini disampaikan oleh Muparrih, Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan dan Humas Kantor Wilayah Bea dan Cukai Aceh, dalam kegiatan penggalian potensi ekspor UMKM yang digelar pada 29 April 2025.
“Pak Taslim menunjukkan potensi luar biasa. Produk kopinya tidak hanya berkualitas, tetapi juga telah menarik minat pasar internasional. Kami mengajak Pemerintah Daerah untuk turut mendukung agar UMKM seperti ini dapat naik kelas dan berdaya saing global,” ujar Muparrih.
Permintaan ekspor ini berawal dari jalur yang tak disangka. Anak Pak Taslim kerap membawa sampel kopi ke Jakarta, yang kemudian sampai ke tangan pimpinan sebuah perusahaan Jepang. Terpikat oleh cita rasa kopi Gayo olahan Pak Taslim, pimpinan perusahaan tersebut membawa sampel ke Jepang—dan tanggapan pasar di sana sangat positif. Tak lama, permintaan dalam skala besar pun datang melalui relasi di perusahaan tersebut.
Saat ini, kapasitas produksi usaha Pak Taslim mencapai sekitar 8 ton per bulan. Untuk memenuhi permintaan ekspor, ia telah menjalin kemitraan dengan pelaku lokal lainnya, termasuk Gayo Harvest Coffee, serta tengah mempersiapkan legalitas badan usaha untuk memenuhi persyaratan formal ekspor.
Dalam menjaga kualitas kopi specialty—hal yang sangat diperhatikan oleh konsumen Jepang—Pak Taslim dibantu oleh Bapak Helmy selaku penanggung jawab Quality Control (QC).
Tak hanya fokus pada produksi, Pak Taslim juga tengah menyiapkan merek dagang “Thika”, terinspirasi dari nama panggilan anaknya—yang secara tidak langsung membuka jalan menuju pasar global.
“Kami melihat semangat dan kerja keras yang luar biasa. Inilah bentuk UMKM mandiri yang perlu didorong dari sisi perizinan, pembiayaan, hingga promosi. Dengan kolaborasi yang tepat, bukan tidak mungkin kopi Gayo ‘Thika’ bisa menjadi ikon ekspor dari Aceh,” lanjut Muparrih.
Bea Cukai Aceh melalui program asistensi dan fasilitasi ekspor berkomitmen mengawal proses ekspor ini hingga tuntas. Dukungan dari Pemerintah Daerah juga diharapkan, terutama dalam hal percepatan legalitas usaha dan penguatan ekosistem ekspor daerah.
Masyarakat pun diajak mendukung UMKM lokal seperti usaha Pak Taslim, baik melalui pembelian produk maupun penyebarluasan cerita sukses mereka.
“Di tengah gempuran produk asing, inilah saatnya merek lokal naik panggung dan membawa harum nama Aceh hingga ke mancanegara,” pungkas Muparrih.
***


