RASIO.CO, Jakarta-Kondisi infrastruktur lahan budidaya khsususnya tambak tradisional kurang tertata dengan baik. Dampak secara langsung dapat menurunkan tingkat produktivitas budidaya.
Menyikapi hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjalin kerja sama dengan pihak terkait dalam mendorong penataan kawasan perikanan budidaya. Yaitu melalui pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang secara langsung berdampak pada peningkatan produktivitas budidaya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto seperti diberitakan laman berita Kabar Bisnis Dot Com mengatakan, tantangan terbesar pengembangan budidaya udang/ikan khususnya di kawasan tambak adalah penuruan kualitas lingkungan, sehingga memicu munculnya hama dan penyakit ikan.
“Penyakit dan hama dipicu oleh kondisi infrastruktur tambak yang buruk, oleh karena itu perencanaan penataan kawasan budidaya yang terintegrasi dan mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan menjadi penting,” jelas Slamet di Jakarta, Minggu (16/4).
Data KKP menunjukkan potensi indikatif lahan budidaya air payau di Indonesia mencapai 2,9 juta ha. Total pemanfaatan hingga tahun 2015 mencapai 715.846 ha atau baru sekitar 24,14%. Dari data luas lahan yang dimanfaatkan itu, tambak tradisional masih mendominasi dengan tingkat pemanfaatan lebih dari 60% dari total lahan termanfaatkan.
“Tambak-tambak tradisional inilah yang butuh penataan karena cenderung memiliki infrastruktur buruk dan tata letak yang tidak beraturan. Melalui penataan kawasan budidaya yang berbasis klaster, akan memungkinkan pengelolaan dan penerapan biosecurity dengan mudah,” kata Slamet.
Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan Arik Wibowo menyatakan salah satu program prioritas KKP tahun 2017 yaitu revitalisasi kawasan perikanan budidaya melalui rehabilitasi saluran irigasi tersier untuk tambak udang Vannamei dan kolam udang Galah.Revitalisasi kawasan perikanan budidaya tahun ini akan difokuskan di 12 kabupaten.
Untuk rehabilitasis saluran irigasi tersier tambak udang Vannamei akan dilakukan di Kabupaten Mamuju Utara, Lampung Timur, dan Kolaka. Kemudian udang windu di Kutai Kartanegara, Pangandaran, dan Kota Tarakan. Untuk program silvofishery (polikulture udang windu, bandeng dan rumput laut) di Bekasi. Untuk kolam Udang Galah akan dilakukan Kabupaten Pangandaran, Garut, Banjar, Ciamis, Subang, dan Kabupaten Tasikmalaya.
ALLE KATA @www.rasio.co
Sumber: Kabar Bisnis