RASIO.CO, Jakarta – Porsi saham PT Waskita Toll Road (WTR) berkurang setelah mendapat suntikan modal melalui skema pembiayaan investasi non anggaran pemerintah (PINA). “Terdelusi sekitar 29 persen,” kata Direktur Utama Waskita Karya M. Choliq di Bappenas, Jakarta, Jumat, 17 Februari 2017.
Choliq mengatakan WTR mendapat suntikan dana sebesar Rp 3,5 triliun dari PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) dan PT Tabungan dan Asuransi Pensiun. Masing-masing berinvestasi sebesar Rp 1,5 triliun dan Rp 2 triliun.
Akibatnya, porsi saham perusahaan berkurang. Saham yang dimiliki WTR secara otomatis beralih kepada SMI sebesar 12,4 persen dan Taspen sebesar 16,6 persen.
Suntikan modal tersebut akan digunakan sebagai modal pembangunan 9 ruas jalan tol senilai Rp 70 triliun. Waskita Toll Road membutukan modal senilai Rp 21 triliun atau 30 persen dari total nilai investasi. Namun perusahaan hanya memiliki Rp 6 triliun sehingga harus mencari pembiayaan sebesar Rp 15 triliun.
Setelah dibantu oleh SMI dan Taspen, WTR harus kembali mencari sumber modal. Presiden Direktur Waskita Toll Road, Herwidiakto, mengatakan perusahaan akan kembali mencari dana. Ia membuka kesempatan bekerja sama dengan korporasi lain. “Mungkin ada pembeli lain, bukan hanya lewat PINA,” kata dia.
Skema PINA merupakan pembiayaan tanpa bantuan langsung pemerintah. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, mengatakan salah satu kelebihan PINA adalah return rate yang tinggi. “PINA pasti return rate-nya di atas 13 persen,” kata dia.
Bambang mengatakan proyek yang dibiayai dengan skema PINA merupakan proyek yang menarik swasta secara komersial. Sementara dalam skema Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), proyeknya menarik bagi swasta namun masih memerlukan dukungan pemerintah.
Namun perusahaan yang ingin menggunakan skema PINA harus bersedia mengurangi porsi kepemilikan sahamnya. “Perusahaan yang membutuhkan modal harus rela berbagi kepemilikan dengan pemegang saham baru yaitu si penyuntik dana,” kata dia.
APRI @www.rasio.co | Tempo.co