Terumbu Karang Raja Ampat Rusak di Tabrak Kapal Pesiar Inggris

0
940

RASIO.CO – Salah satu terumbu karang utama di Raja Ampat rusak parah pekan lalu setelah ditabrak sebuah kapal pesiar berbendera negara persemakmuran Inggris, Bahama. Caledonian Sky merupakan kapal dengan panjang 90 meter yang dimiliki oleh operator wisata Caledonian Noble.

Kapal tersebut menabrak karang di wilayah provinsi Papua Barat setelah melakukan perjalanan wisata melihat burung di Pulau Waigeo pada 4 Maret.

Perwakilan perusahaan menggambarkan insiden itu sebagai sesuatu yang disesalkan dan mengklaim telah kerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kerusakan yang dialami oleh kapal pun sangat minim dan kini kapal tersebut telah berlayar kembali usai diperiksa oleh penyidik.

Ricardo Tapilatu, Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Kelautan Universitas Papua menjelaskan, sebelumnya kapal sempat terjebak gelombang rendah meski telah dilengkapi dengan peralatan canggih seperti GPS dan radar.

“Sebuah kapal tunda dari Kota Sorong telah dikerahkan untuk membantu proses bersandar kapal pesiar. Ini merupakan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi karena kerusakan karang bahkan lebih buruk,” kata Tapilatu dilansir di CNN Indonesia, Minggu (12/3).

“Mereka seharusnya menunggu air pasang untuk menyandarkan kapal,” ujarnya.

Kapal berbobot 4290 ton itu membawa 102 penumpang dan 79 awak pada perjalanan selama 16 malam dari Papua Nugini ke Filipina. Kapal itu merusak sekitar 1.600 meter persegi karang di lokasi menyelam yang dikenal sebagai Crossover Reef.

Insiden itu mengakibatkan kehancuran habitat struktural ekosistem dan pengurangan atau hilangnya keragaman delapan spesies karang, termasuk Acropora, Porites, Montipora, dan Stylophora.

Tapilatu mengatakan, tim evaluasi akan merekomendasikan perusahaan untuk membayar kompensasi US$800 hingga US$1.200 per meter persegi, dengan total US$1,28 sampai US$1,92 juta mengingat Raja Ampat sebagai tempat menyelam terpopuler di dunia. Biaya ini dengan tingkat standar US$200 sampai US$400 per meter persegi.

“Jika pemilik kapal tidak setuju, maka biasanya pemerintah akan bawa ke pengadilan,” kata Tapilatu.

Ia menambahkan, uang itu akan digunakan untuk menghidupkan kembali karang yang diperkirakan memakan waktu sepuluh tahun. Selain itu, biaya tersebut untuk mengatur wilayah zona dangkal dan pemetaan jalur berlayar.

Apri @www.rasio.co | CNN Indonesia

Print Friendly, PDF & Email


TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini