RASIO.CO, Batam – Direktur Lalu Lintas Barang Badan Pengusahaan (BP) Batam, Tri Novianto Putra mengatakan, turunnya pertumbuhan ekonomi di Batam karena pilar ekonomi yang kuat di industri galangan kapal ( shipyard). Oleh sebab itu, perlu diversifikasi kegiatan kapal agar terhindar dari merosotnya pertumbuhan ekonomi seperti sekarang ini.
“Industri galangan kapal member andil cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi di Batam, “ kata Tri Novianto Putra dalam bincang-bincang dengan sejulah wartawan, Selasa (22/08/2017).
Ia mengemukakan saat ini terdapat sebanyak 110 galangan kapal yang beroperasi. Dari jumlah itu 70 persen pembuat kapal, dan 30 persen adalah perusahaan yang mendukung kegiatan industri tersebut. Selain itu, industri galangan kapal merupakan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
“ Jadi industri galangan kapal merupakan pilar ekonomi di Batam,” lanjut Tri Novianto Putra.
Aktifitas Industri Galangan Kapal di Batam adalah pembuatan kapal tugboat, pembuatan kapal tongkang, pembuatan kapal oil tanker dan chemical tanker, pembuatan kapal barang, pembuatan kapal Survey, pembuatan kapal cargo, pembuatan SPOB (Self Propelled Oil Barge),pembuatan kapal LCT (Landing Craft – Tank).
Pembuatan kapal CPO Barge dan Oil Barge, pembuatan kapal khusus untuk mengelar pipa, kabel, fiber optik didalam laut, pembuatan kapal penumpang, pembuatan kapal wisata, pembuatan kapal transportasi untuk hewan, dan pembuatan bangunan terapung untuk akomodasi karyawan offshore di tengah laut.
Edi Setiono mengemukakan, penurunan aktivitas industri galangan kapal dirasakan empat tahun terakhir, namun paling parah di tahun 2016 hingga saat ini.
Tahun 2014 dan 2015 jumlah pekerja industri galangan kapal sebanyak 250.000 orang, tapi terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat produksi menurun. Penurunan produksi atau pemesanan kapal dan tongkang terkait dengan menurunnya harga minyak dunia.
“ Jadi yang pesan pun membatalkan pesanannya,” kata Sarwo Edi Setiono.
Edi berharap pemerintah memperhatikan industri galangan kapal di Batam terutama pembuatan kapal di dalam negeri. Sebab kebanyakan kapal yang dipesan pemerintah dibuat di luar negeri.
Pengamat Ekonomi, Doktor (Cand.) Suyono Saputra, S.E.,M.M mengatakan, ekonomi Kepri melambat semakin dalam yakni 1,04% triwulan II 2017. Kontribusi negatif dari 4 sektor unggulan yang ada di Batam termasuk industri galangan kapal.
Total 50 perusahaan dari 115 perusahaan produksi: 200 tug, 700 barges tahun 2011-2013. Meski begitu, Suyono yakin perlahan-lahan akan pertumbuhan ekonomi naik, namun perlu waktu.
Suyono menyebut dari 115 perushaan galangan kapal , 30% aktif (BSOA, 2017), akibatnya pengurangan tenaga kerja terus terjadi.
Larangan ekspor komoditas mentah, biaya logistiK dan angkutan tinggi, upah sektoral naik terus, dan harga minyak global yang cenderung turun sisi lain turunnya ekonomi di Batam.
APRI@www.rasio.co