RASIO.CO, Batam-Belum banyak yang tahu mungkin, gagasan pembangunan Terusan Kra yang melintasi Tanah Genting Kra dan menghubungkan Teluk Thailand dengan Laut Andaman telah muncul sejak ratusan tahun lalu.
Gagasan membangun Terusan Kra kembali mencuat seiring penandatanganan MoU antara the China-Thailand Kra Infrastructure Investment and Development dengan Asia Union Group pada tahun 2015, meskipun setelah agenda tersebut pemerintah Tiongkok mengklaim tak teribat proyek tersebut. Khabarnya, Negara Singapura yang bakal terkena dampak pembangunan Terusan Kra itu, karena kapal-kapal nantinya tidak akan melewati Negeri Singa itu dari jalur Selat Malaka.
Lalu bagaimana dengan NKRI, hal ini menjadi konsentrasi Menteri Koordinator Maritim, Luhut Binsar Panjaitan yang mengaku telah mendiskusikan peluang yang bisa diambil Indonesia bila Kanal Kra dibuka, sebagai bentuk antisipasi terhadap keragu-raguan berbagai pihak yang menilai pembangunan Kanal Kra ini tidak menimbulkan dampak signifikan terhadap Indonesia.
“RI justru diharapkan dapat mengambil peluang jika proyek ini benar-benar terlaksana,” katanya belum lama ini seperti di lansir Kabar Bisnis usai bertemu Kepala Bappenas Bambang Sumantri Brojonegoro untuk membahas isu ini.
Terlepas dari kabar bahwa rencana pembangunan Terusan Kra ini adalah upaya China untuk membangun pengaruhnya di Asia Tenggara, namun yang pasti gagasan ini sejalan dengan cita-cita Beijing untuk mengembangkan jalur sutera maritim.
Siapa yang tidak kenal dengan negeri Gajah Putih, Thailand? Negeri yang bertetangga dengan Indonesia di utara ini memiliki strategi mutakhir untuk mengalihkan perekonomian Asia Tenggara ke halamannya. Sebetulnya bukan hanya Indonesia yang pontang-panting setelah mengetahui proyek ini. Negera tetangga lainnya seperti Singapura dan Malaysia pun turut kebakaran jenggot. Tetapi Indonesia berpotensi mandul untuk menarik pundi-pundi uang dari sisi kargo. Perlu diketahui, strategi mutakhir milik Thailand itu tersebut Kra Canal (Terusan Kra) yang akan mematikan perekonomian Iaut Indonesia jika tidak disikapi dengan bijaksana. Menilik sejarah, Terusan Kra sudah dikonsep semenjak tahun 1677 oleh seorang engineer berkebangsaan Perancis, De Lamar, atas perintah raja Thailand. Sekarang, proyek ini merupakan joint venture antara Thailand dengan China yang bertujuan untuk memperpendek lintasan kapal dari Laut Andaman ke Laut Cina Selatan dan sebaliknya tanpa harus melintasi semenanjung Thailand. Proyek ini juga sejalan dengan cita-cita China untuk memanggil ruh ekonomi yang hingga kini masih menjadi sejarah—jalur sutra laut.
Apa itu Terusan Kra?
Terusan Kra akan melintasi Tanah Genting Kra, sebuah daratan sempit di Thailand Selatan yang menghubungkan Teluk Thailand dengan Laut Andaman.
Terusan Kra akan memiliki panjang 102 kilometer. Estimasi biaya pembangunannya sekitar US$ 28 miliar. Diperkirakan membutuhkan waktu delapan hingga 10 tahun untuk menyelesaikan megaproyek ini.
Dengan pembangunan Terusan Kra, kapal-kapal tidak perlu lagi lewat Singapura dan Semenanjung Malaysia sehingga mereka dapat memotong waktu perjalanan sebanyak 72 jam atau 1.200 kilometer.
Kapal juga dapat menghindari Selat Malaka yang padat, di mana aktivitas bajak laut di kawasan ini dikabarkan meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Gagasan sempat mencuat pada tahun 1870-an, tepatnya setelah Terusan Suez ada dan menunjukkan bahwa kanal buatan manusia “layak pakai”.
Pada tahun 1946 perjanjian Anglo-Thai melarang pemerintah Thailand membangun kanal tersebut tanpa persetujuan dari pemerintah Inggris. Britania Raya kala itu sudah melihat bahwa Terusan Kra dapat menjadi ancaman terhadap dominasi Singapura — koloni Inggris — sebagai hub pengiriman regional.
Rencana pembangunan kembali muncul pada tahun 1950-an dan 1970-an. Namun perubahan terjadi di setiap dekade, terutama ketika pemerintahan baru berkuasa di Thailand. Pada tahun 1980, Jepang pun sempat dikabarkan akan terlibat dalam proyek tersebut.
Di tengah kemajuan pesat ekonomi China, Thailand dikabarkan berpaling ke negara itu untuk membantu pembangunan Terusan Kra melalui kerangka joint venture.
Tahun 2014, pebinis Pakdee Tanapura, seorang anggota Komite Terusan Kra mengatakan kepada The Straits Times bahwa kanal tersebut dapat menjadi bagian dari rute jalur sutra maritim yang bertujuan meningkatkan konektivitas dan perdagangan melalui Laut China Selatan.
ALLE KATA @www.rasio.co