RASIO.CO, Jakarta – Beberapa ekonom memperkirakan inflasi sepanjang Juni ini bakal melebihi 0,5 persen. Angka ini di atas harapan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution. Pendorongnya bukan harga pangan, melainkan kenaikan tarif listrik dan angkutan.
Ekonom Bank Mandiri Andri Asmoro memproyeksikan inflasi Juni sebesar 0,62 persen, sehingga secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 4,3 persen. Angka ini lebih rendah dari taksiran awalnya sebesar 0,66 persen atau 4,33 persen yoy.
Hal ini karena pergerakan harga yang bergejolak (volatile food) terpantau stabil. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya harga pangan menjadi faktor pengerek harga-harga atau inflasi. Dalam catatan Andri, kontribusi bahan makanan terhadap inflasi bulan Juni ini hanya 0,03 persen.
“Bahkan dibanding 17 Mei (bulan sebelum Ramadan) yang sebesar 0,17 persen, nilainya lebih rendah,” ujar dia kepada Katadata, beberapa hari lalu. Terkendalinya harga pangan ini berkat peran operasi pasar yang dilakukan pemerintah. Selain itu, membuka keran impor untuk komoditas pangan tertentu.
Sebaliknya, sumber inflasi pada Juni justru berasal dari harga yang diatur pemerintah, yaitu dampak lanjutan dari kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) pelanggan 900 Volt Ampere (VA). Kenaikan tarif pada awal Mei itu masih akan menyumbang 0,2 persen terhadap inflasi Juni. Selain itu, ada kenaikan tarif transportasi yang berkontribusi 0,15 persen.
Ekonom Bank DBS Gundy Cahyadi juga melihat, di luar kelaziman harga pangan tidak menjadi penyumbang terbesar inflasi saat Ramadan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. “Yang terjadi pada Ramadan tahun ini, kami memperkirakan inflasi pangan mungkin lebih rendah,” tutur dia. Ia pun memproyeksikan inflasi Juni disetahunkan mencapai 4,4 persen yoy.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede dan Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi sama-sama memperkirakan inflasi Juni sebesar 0,55 persen atau 4,22 persen yoy. “Inflasi Juni diperkirakan 0,55 persen dan 4,22 persen yoy, dengan inflasi inti sebesar 3,19 persen yoy,” kata Josua.
Ia mengatakan, beberapa komoditas memang mengalami kenaikan harga, seperti daging sapi, tepung terigu, telur ayam, dan bawang putih.
Namun, kenaikan itu diimbangi juga dengan penurunan beberapa harga pangan, seperti daging ayam, cabai merah, dan cabai merah keriting. Sedangkan penyumbang inflasi dari sisi administered price adalah kenaikan tarif angkutan karena memasuki masa liburan dan mudik Lebaran.
Eric juga melihat tekanan inflasi akibat kenaikan beberapa harga pangan dan tarif transportasi. Begitu pula dengan efek lanjutan dari penyesuaian TDL.
“Namun kelihatannya kenaikan harga bahan pangan pada Lebaran tahun ini tidak sebesar 2016, karena ada beberapa yang justru turun, seperti bawang putih,” ujar dia.
Selain itu, rendahnya inflasi dibanding masa Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya karena daya beli masyarakat sedikit menurun. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan tarif listrik.
APRI@www.rasio.co|Katadata