RASIO.CO, Batam – Istilah full day school berasal dari kata day school (bahasa Inggris) yang artinya hari bersekolah. Pengertian hari bersekolah adalah hari yang digunakan sebuah institusi untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak (atau usia sekolah). Full day school secara umum adalah program sekolah yang menyelenggarakan proses belajar mengajar di sekolah seharian penuh. Masuk pukul 07.15 WIB lalu 15 menit digiatkan untuk kegiatan membaca buku.
Kegiatan ini sesuai dengan kebijakan pemerintah yang mewajibkan siswa untuk membaca buku 10 menit sebelum masuk jam pelajaran. Hal ini dilakukan agar minat baca siswa dapat meningkat. Pukul 07.30 WIB proses belajar mengajar dimulai selesai pukul 14.45 WIB. Pada pukul 15.00 WIB kegiatan ekstrakurikuler dimulai. Kegiatan ekstrakurikuler ini berfungsi untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada pada diri siswa. Potensi itu misalnya dalam bidang olah raga, kesenian, sastra, dll.
Menteri pendidikan dan kebudayaan Muhadjir Effendy menganjurkan seluruh sekolah terutama SD dan SMP untuk menyelenggarakan full day school. Saat ini juga tengah disiapkan peraturan mentri sebagai payung hukum peraturan itu. ”saya anjurkan semua SD dan SMP untuk full day school baik itu sekolah negeri maupun swasta sebelum saya tetapkan melalui peraturan mentri lebih baik sekolah lebih dulu menyelenggarakannya”. Kata Muhadjir saat di Universitas Muhammadiah Malang tanggal 7 Agustus 2016.
Salah satu tujuan full day school ini adalah supaya potensi-potensi yang ada dalam diri siswa tadi dapat diketahui dan dikembangkan. Jangka panjangnya dikemudian hari agar lahir dan tumbuh atlet-atlet kuat, hebat, nomor satu. Selain itu agar anak mempuyai kegiatan di sekolah dibandingkan di rumah ketika orang tua mereka bekerja.
Jauh sebelum full day school ini diterapkan di negeri ini. Full day school telah banyak dilakukan di negara-negara maju seperti: Jepang, Cina, Kanada Amerika dan lain-lain. Full day school di sana bisa dikatakan berhasil. Sekarang yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah bagai mana di negeri ini? Apakah full day school sama dengan negara-negara maju tersebut? Sama-sama berhasil? Atau sebaliknya?
Full day school mulai diterapkan di sekolah-sekolah negeri di Batam pada bulan Juni 2016 di beberapa sekolah yang menjadi sekolah percontohan. Sedangkan secara merata baru diterapkan pada Januari 2017 bagi sekolah yang cuma mempuyai satu shift wajib full day school. Sedangkan bagi sekolah yang mempuyai dua shift tidak melaksanakan full day school karena kekurangan ruang kelas belajar.
Sekarang timbul pertayaan untuk kita semua sejauh mana kebehasilan full day school dalam membentuk karakter siswa? Pertayaan ini adalah cambuk bagi pemerhati pendidikan di negeri ini perlu dipertanyakan lagi. Sejauh ini sudah 8 bulan full day school dijalankan bagi sekolah yang menjadi percontohan dan 2 bulan bagi sekolah yang memulai di bulan Januari 2017.
Waktu yang begitu relatif singkat tetapi mempunyai banyak catatan yang masih perlu kita perhatikan secara cermat. Keberhasilan full day school merupakan tugas kita bersama. Bukan cuma guru yang dibebankan. Namun, orang tua, siswa, pemerintah haruslah sejalan bergandengan tangan. Keberhasilan itu tidak akan bisa kita capai kalau salah satu dari unsur tadi tidak saling mendukung satu sama lainnya. Khususnya keberhasilan full day school dalam membentuk karakter siswa adalah pekerjaan rumah bagi pemerintah pada umumnya dan bangsa ini khususnya.
Kekhawatiran para orang tua selama ini tentang full day school memang adalah momok yang selalu mengantui orang tua. Full day school menjadi beban bagi para orang tua. Uang jajan yang diberikan menjdi dua kali lipat. Belum lagi bekal buat anak yang harus dipersiapkan sebelum anak berangkat sekolah atau diantar langsung oleh orang tua ke sekolah menjadi tugas tambahan orang tua. Bagi guru yang mempunyai anak-anak kesempatan untuk berkumpul dengan anak otomatis akan menjadi lebih singkat.
Belum lagi kalau seandainya tempat tingggal guru tersebut jauh dari sekolah. Keluar dari sekolah pukul 16.00 WIB sampai di rumah pukul17.00 WIB bahkan terkadang tidak jarang suara azan pengantar malam meyambut sang pahlawan tanpa tanda jasa di pintu rumah. Akan tetapi semua itu bukanlah menjadi halangan yang berarti mengentikan langkah para pendidik negeri ini untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa mencerdaskan anak bangsa. Begitu juga dengan para orang tua semua rintangan di atas bukan menjadi bumerang untuk membentuk generasi ini lebih baik lagi.
Full day school sebuah sistem yang bagus bagi karakter anak-anak. Anak-anak tetap dalam pengawasan guru mulai pukul 07.00 WIB sampai 16.00 WIB. Secara tanggung jawab moral, anak-anak tidak akan keluyuran kian kemari selama jam belajar tersebut. Bahkan bisa mengurangi intensitas anak-anak huru-hara dan melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat. Anak-anak diberikan kegiatan kegiatan ekstrakurikuler yang mengasah kemampuan dan mengembangkan potensi dirinya. Hal itu sangat positif bagi anak-anak. Apalagi anak-anak yang masih dalam usia labil dan masa puberitas.
Full day school bagaikan sebuah sepeda ontel yang diberi beban satu mobil carry. Sepeda tadi cuma menunggu waktu sepeda akan berhenti selama lamanya kerena terlalu dipaksakan. Full day school ibaratnya sepeda tadi. Terlalu terburu-buru, kurang pertimbangan yang matang dan lebih-lebih terkesan dipaksakan tanpa diiringi kesiapan sarana dan prasarana yang memadai di sekolah.
Semuanya harus dilihat dan diamati dengan kondisi anak-anak baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Apalagi faktor jarak tempuh bagi anak-anak daerah yang belum memiliki fasilitas transportasi yang memadai. Full day school sekolah sehari penuh. Pekerjaan rumah ditiadakan. Beban orang tua semakin menjadi-jadi. Tugas para pahlawan tanpa tanda jasa semakin luas. Hasilnya masih menjadi pekerjaan bagi kita semua. Hasil yang nyatanya baru sekedar hari sabtu di liburkan.
Selebihnya perlu dipertanyakan lagi. Bahkan dengan adanya Full day school, jiwa sosial dan tingkat solidaritas anak-anak akan semakin tergerus. Bahwasanya mereka sampai di rumah sepulang sekolah tidak sempat lagi untuk bersosialisasi, bergaul, bercengkrama dengan teman-teman maupun anggota masyarakat lingkungan rumah mereka. Pasti semua kebijakan tersebut ada sisi positif dan negatifnya. Namun, perlu adanya peninjauan dan pertimbangan kembali untuk memberikan sistem full day kepada anak-anak dalam menuntut ilmu.
Full day school kebijakan yang bagus, tetapi belum mengenai sasaran hal ini disebabkan tidak lain dan tidak bukan karena belum siapnya sekolah untuk melaksanakan full day school. Sekolah belum siap dijadikan tempat bermain yang dirindukan oleh anak-anak. Kelas belajar yang kurang nyaman tidak dilengkapi dengan pendingin ruangan misalnya cuma mengandalkan satu kipas angin untuk bersama yang jumlah siswanya sampai 40 orang bahkan lebih. Alat penunjang belajar lainnya seperti infocus, taman sekolah yang dapat di jadikan tempat belajar. Ini adalah salah satu dari beberapa kendala yang nyata dan jelas dalam mencapai full day school yang sukses.
Kalau demikian apakah full day school sudah berhasil? Full day school adalah kebijakan yang sangat bagus dan menjanjikan hanya perlu sedikit masukan-masukan, polesan-polesan,evaluasi, pertimbangan lagi agar apa yang kita lakukan untuk dunia pendidikan kita bisa kita rasakan dengan hasil yang memuaskan dari segala sudut. Kesimpulannya mari siapkan dulu senjata, pelajari dulu baru pergi ke medan perang jangan pergi tanpa adanya persiapan dari segala bentuk. Sekarang bukan lagi zamannya paksa memaksakan. Memaksakan suatu kehendak pada hal dari segala bidang belum siap. Mari berbesar hati belajar menerima dan memperbaiki kekurangan yang ada demi untuk memajukan dunia pendidikan kita menjadi nomor satu dimata dunia. Menjadikan SDM bangsa-bangsa ini disegani di penjuru dunia.
Penulis adalah Syafriadi, S.Pd.Guru SMP Negeri 20 Batam yang berdomisili di Batam.