RASIO.CO, Batam – Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kepulauan Riau (BI Kepri), Gusti Raizal Eka Putra mengatakan , Perkembangan perekonomian Kepulauan Riau melambat lebih dalam pada TRIWULAN II 2017 dikarnakan menurunnya investasi, net ekspor, dan konsumsi pemerintah.
“Hal ini di karnakan kita lebih banyak membeli barang dari daerah lain dari pada menjual barang ke daerah lain ” Kata Gusti diruang Phuket lantai 3 hotel Harmoni One. Kamis(10/08/2017).
Selain itu, lanjut dia, kini investasi di tahun 2017 turun hingga – 2.20 % dari pada priode-priode sebelumnya, hal ini di karnakan menurunnya penjualan di kepri.
Perdagangan, kuartal 1-2017sampai kuartal II-2017 menunjukan pelemahan yang mencapai 6.96 % sedangkan kuartal 2 sebelumnya mencapai 9.77 %. Hal ini di karnakan lemahnya perdagangan masyarakat dan minimnya kunjungan turis yang berkunjung ke kepri.
Industri pengolahan kontruksinya meningkat, hal ini dapat di lihat pada kuartal 2 sebelumnya mencapai 7,66% Dan pada kuartal 2-2017 kini mencapai -4.32%, hal ini di karnakan harga minyak yang masih belum pulih selain itu banyak perusahan migas di kepri yang belum mendapatkan tender.
“Kinerja implasi kita meninggkat pada bulan puasa dan ramadhan dari pada priode – priode sebelumnya , dan Batam mendapatkan predikat pengendalian implasi terbaik se-kepulauan riau yang memiliki rata-rata 5.80 % ,”jelasnya.
Selain itu, Kami akan menghimbau kepada perbangkan agar tidak menahan kredit, karna bila kredit di tahan perekonomian juga akan melambat.
” Tantangan sampai akhir tahun agar penguatan program-program bersama pemerintah yang dapat meningkatkan nilai ekonomi Kepri ” lanjutnya.
Selain itu bila pembangunan instratuktur bisa di percepat maka akan berdampak kemajuan perekonomian pada kepri karna infrastruktur juga berdampak kepada perekonomian kepri.
“Semoga di kuartal 4 nanti ada perkembangan pertumbuhan perekonomian di kepulauan riau ” tutupnya.
Sementara itu, dikutip dari batampost, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri, Panusunan Siregar mengatakan, realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut masih sangat jauh dari target Pemerintah Provinsi Kepri, yakni sebesar 5,58 persen. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Panusunan merinci, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kepri ini secara umum disebabkan merosotnya sisi produksi dari tiga sektor. Antara lain industri pengolahan, sumbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 36,6 Persen. Tetapi malah mengalami konstraksi atau -0,33 persen.
Kemudian sektor industri menyumbang 17,70 persen. Dan sektor konstruksi tumbuh 4,33 persen. Tetapi untuk sektor pertambangan dan penggalian yang menyumbang 14,36 persen justru mengalami kontraksi atau turun menjadi -5,47 persen.
Kalau PDRB dari sisi pengeluaran yang naik adalah untuk sektor investasi yang menyumbang 43,43 persen dan tumbuh sekitar 3,15 persen. Untuk konsumsi rumah tangga kontribusinya 40,56 persen dan tumbuh 6,72 persen. “Ini bisa saja karena keberhasilan pengendalian inflasi, sehingga daya beli masyarakat juga masih kuat,” katanya.
Sementara pengeluaran untuk konsumsi pemerintah yang menyumbang 4,02 persen justru mengalami kontraksi atau -6,18 persen. Jika dibandingkan, PDRB semester satu sekarang lebih rendah dari tahun lalu. “Apakah karena ada penghematan anggaran atau belum ada eksekusi anggaran. Padahal ini bisa menjadi stimulan,” katanya.
Pertumbuhan ekonomi Kepri di triwulan II disebabkan oleh kenaikan output produksi pada industri, kenaikan realisasi lifting minyak dan gas, pengaruh meningkatnya penumpang angkutan udara dan laut, serta dimulainya tahun ajaran baru.
Sementara perekonomian Kepri pada triwulan kedua tahun ini diukur berdasarkan PDRB yang mencapai Rp 56,20 triliun dan harga konstan (ADHK) mencapai Rp 40,94 triliun. Bila melihat semester I, PDRB sebesar Rp 55,267 triliun dan ADHK sebesar Rp 40,4 triliun.
“Dalam lingkup regional pada triwulan II-2017, PDRB Kepulauan Riau memberikan kontribusi sebesar 7,61 persen terhadap PDRB Pulau Sumatera,” jelasnya.(red/btmpost).
PUTRA@www.rasio.co


